MAKALAH
ANATOMI TUMBUHAN
DAUN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Secara morfologi
dan anatomi, daun merupakan organ tumbuhan yang paling beragam. Perbedaan tipe
daun (filome) Spermatophyta sangat
beragam baik mengenai struktur dalam dan luar, maupun mengenai fungsinya.
Sangat sukar
untuk membedakan dengan jelas baik secara teoretis maupun secara praktis antara
jaringan daun dan batang. Strukturjaringan pengangkut dalam tangkai dan ibu
tulang daun biasanya sama dengan pada batang. Sering kali jaringan fotosintesis
bersama jaringan parenkin nonfotosintesis ditemukan bersama dalam daun dan
korteks batang. Sifat yang penting dari daun adalah pertumbuhan apikalnya cepat
berhenti.
Tipe daun dapat
dibedakan menjadi beberapa, yaitu helai daun (foliage leaves) sebagai organ fotosintesis, katafil berupa sisik
yang tampak pada kuncup dan batang di bawah tanah, hipsofil yang merupakan
braktea yang mengiringi bunga, serta kotiledon sebagai daun pertama dari
tumbuhan.
1.2
Rumusan Masalah
1)
Jaringan apa
saja yang menyusun tubuh daun?
2)
Bagaimana
susunan anatomi pada epidermis daun?
3)
Bagaimana susunan
anatomi pada mesofil daun dan apa saja bagian-bagian dari mesofil daun?
4)
Bagaimana
anatomi dari jaringan penyokong daun?
5)
Bagaimana
histologi dari daun Gymnospermae?
6)
Bagaimana cara
perkembangan helai daun serta cara penggugurannya?
1.3
Tujuan
1)
Menyebutkan jaringan
yang menyusun tubuh daun
2)
Menjelaskan
susunan anatomi pada epidermis daun
3)
Menjelaskan
susunan anatomi pada mesofil daun dan apa saja bagian-bagian dari mesofil daun
4)
Menjelaskan anatomi dari jaringan penyokong daun
5)
Menjelaskan
histologi dari daun Gymnospermae
6)
Menjelaskan cara
perkembangan helai daun serta cara penggugurannya
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Epidermis
Daun
Jaringan
epidermis merupakan jaringan tubuh tumbuhan yang terletak paling luar. Jaringan
epidermis menutupi seluruh tubuh tumbuhan mulai dari akar, batang, hingga daun.
Biasanya epidermis hanya terdiri dari selapis sel yang berbentuk pipih dan
rapat. Fungsi jaringan epidermis adalah sebagai pelindung jaringan di
dalamnya serta sebagai tempat pertukaran zat. Jaringan epidermis daun terdapat
di permukaan atas dan permukaan bawah daun. Jaringan epidermis daun tidak
mempunyai kloroplas kecuali pada bagian sel penutup stomata.
Epidermis
berfungsi sebagai pelindung terhadap hilangnya air karena penguapan (membatasi
transpirasi), kerusakan mekanik (misal: diinjak-injak), perubahan temperature
dan hilangnya zat-zat makanan (angin, hujan, dan lain-lain). Epidermis biasanya
terdiri dari satu lapisan sel, tapi pada beberapa tumbuhan sel protoderm pada
daun membelah dengan bidang pembelahan sejajar dengan permukaan (periklinal),
dan turunanya membelah lagi sehingga terjadi epidermis berlapis banyak
(misalnya: velamen pada akar anggrek). Sebagian besar terdiri dari sesl-sel
yang tak terspesialisasi. Bentuk, ukuran susunan sel epidermis berbeda-beda
pada berbagai jenis tumbuhan. Tapi semuanya rapat satu sama lain.
Kata
epidermis berasal dari bahasa Yunani (epi = di
atas / menutupi; derma =
kulit). Jaringan epidermis biasanya terdiri atas deretan sel tunggal yang
menutupi dan melindungi semua bagian tumbuhan yang masih muda. Secara umum,
fungsi utama jaringan epidermis adalah sebagai pelindung. Namun, sel-sel
epidermis sering kali memiliki cirri dan fungsi khusus yang berkaitan dengan
fungsi utama organ yang ditutupi. Jaringan epidermis dapat juga berkembang dan
mengalami modifikasi menjadi sel rambut akar, sel penutup pada stomata, dan
spina. Epidermis, seperti halnya kulit pada tubuh kita, yang merupakan komponen
perlindungan pertama untuk melawan kerusakan fisik dan organisme-organisme
patogenik.
Pada
permukaan atas daun, dinding luar epidermis ada yang membentuk
lapisan tebal yang disebut lapisan kutikula misalnya daun keladi
dan daun pisang; ada yang berbulu halus
misalnya daun durian. Stomata atau mulut daun merupakan
modifikasi epidermis yang berfungsi untuk
pertukarangas. Jaringan epidermis batang ada yang membentuk
lapisan tebal (lapisan kutikula) atau membentuk rambut (trikoma)
sebagai alat perlindungan. Jaringan epidermis akar ada yang
menjadi rambut akar. Rambut akar berfungsi menyerap air dan garam mineral.
B. Mesofil
Daun
Parenkim merupakan jaringan tanaman yang paling umum dan belum
berdiferensiasi. Kebanyakan karbohidrat non-struktural dan air disimpan oleh
tanaman pada jaringan ini. Parenkim biasanya memiliki dimensi panjang dan lebar
yang sama (isodiametrik) dan
protoplas aktif dibungkus oleh dinding sel primer
dengan selulose yang tipis. Ruang interseluler antar sel umum terdapat pada
parenkim. Merupakan bagian yang paling banyak terdapat pada tumbuhan.
Sel- sel penyusun jaringan parenkim tidak terspesialisasi. Oleh
karena itu, sel- sel jaringan parenkim dapat berubah menjadi jaringan lain.
Sel- sel jaringan parenkim juga bersifat fleksibel (lentur). Hal ini
dimungkinkan karena dinding selnya tipis.
Di
antara jaringan epidermis dan empulur terdapat jaringan parenkima,jaringan
parenkim disebut sebagai jaringan dasar karena banyak dijumpai hampir disetiap
bagian tumbuhan, dengan karakteristik sel berupa sel hidup, struktur dan fungsi
sangat bervariasi, bervakuola besar, dinding sel tipis, terdapat kloroplas. Sel- sel penyusun jaringan parenkim
tidak terspesialisasi. Oleh karena itu, sel- sel jaringan parenkim dapat
berubah menjadi jaringan lain. Sel- sel jaringan parenkim juga bersifat
fleksibel (lentur). Hal ini dimungkinkan karena dinding selnya tipis. Parenkim
terdiri atas kelompok sel hidup yang bentuk, ukuran, maupun fungsinya
berbeda-beda. Sel-sel parenkim mampu mempertahankan kemampuannya untuk membelah
meskipun telah dewasa sehingga berperan penting dalam proses regenerasi.
Sel-sel parenkim yang telah dewasa dapat bersifat meristematik bila
lingkungannya memungkinkan. Jaringan parenkim terutama terdapat pada bagian
kulit batang dan akar, mesofil daun, daging buah, dan endosperma biji. Sel-sel
parenkim juga tersebar pada jaringan lain, seperti pada parenkim xilem,
parenkim floem, dan jari-jari empulur.
Parenkim/Mesofil. Parenkim daun terdiri dari 2 lapisan sel,
yakni palisade (jaringan pagar) dan spons (jaringan bunga karang), keduanya
mengandung kloroplast. Jaringan pagar sel-selnya rapat sedang jaringan bunga
karang sel-selnya agak renggang, sehingga masih terdapat ruang-ruang antar sel.
Kegiatan fotosintesis lebih aktif pada jaringan pagar karena kloroplastnya
lebih banyak daripada jaringan bunga karang. Letak palisade tepat dibawah
epidermis pada sisi adaksial disebut daun dorsiventral atau bifacial. Sedangkan
pada tumbuhan xerofit pada kedua sisi daun palisade disebut daun isobilateral.
Parenkim spons berbentuk isodiametris atau memanjang sejajar permukaan daun. Fungsi
untuk penyimpan gula dan asam amino yang di sintesis di lapisan palisade,
membantu pertukaran gas. Pada siang hari terdapat sel-sel spons yang
mengeluarkan O2 dan uap air ke lingkungan dan mengambil CO2 dari lingkungan.
1. Parenkim palisade
Parenkim
pagar (palisade) merupakan tempat fotosintesis yang utamadan
sel-sel memanjang yang terdapat di daun tepat di bawah jaringan epidermis
karena banyak mengandung klorofil dari pada jaringan lainnya,dengan bentuk bulat
memanjang /lonjong yang berjajar seperti tiang/pagar dan dalam parenkim
palisade ini terdapat sel klorofil /zat hijau daun. Parenkim pagar berfungsi sebagai tempat fotosintesis.
2. Parenkim spons
Parenkim bunga karang
(jaringan spons) merupakan lapisan sel-sel yang tidak teratur, banyak
rongga udara, dan berada di bawah lapisan jaringan tiang. Pada bunga karang terdapat klorofil dalam jumlah
kecil (tidak seperti palisade).Bunga karang berfungsi sebagai tempat fotosintetis.
3. Daun Xeromorf
Xerofit adalah tumbuhan
yang hidup di daerah yang sangat kering seperti di gurun yang membuat
transpirasinya dapat turun sampai minimum di bawah kondisi kekurangan air. Maka
dari itu untuk tetap bertahan hidup di daerah yang kering seperti itu, struktur
atau anatomi daun tumbuhan tersebut pun beradaptasi menjadi lebih khas.
Daun xeromorf berukuran
kecil. Pengurangan permukaan luar daun dibarengi dengan perubahan struktur
dalamnya,misalnya pengurangan ukuran sel tetapi terjadi peningkatan ketebalan
dinding sel. Perkembangan jaringan sel palisade pun meningkat. Daun xeromorf
pada umumnya tertutupi oleh trikoma. Jaringan penyimpan air pada daun pun juga
berkembang.
Tumbuhan dengan daun
yang kecil yang biasanya mempunyai habitat yang kering. Pengukuran ukuran daun
sering kali diikuti dengan peningkatan jumlah total daun pada tumbuhan. Daun
xeromorf biasanya mempunyai trikoma. Di balik trikoma inilah stomatanya berada.
Trikoma ini selain berfungsi sebagai pelindung atau mengurangi dari gangguan
predator juga berfungsi dalam mengurangi penguapan.
Faktor lingkungan
memengaruhi pembentukan kutikula. Pada beberapa tumbuhan gurun, stomata menjadi
tertutup secara tetap selama musim panas. Penutupan ini diakibatkan karena sel
penutup stomata oleh massa yang mengandung resin atau oleh lapisan lilin.
Seperti padaRumex acetosella resin serta lapisan lilin yang
terbentuk dalam epidermis dan sel di sekeliling tulang daun pada kondisi musim
panas.
Air dalam daun diangkut
oleh tulang daun, sel mesofil, dan jaringan palisade daripada jaringan
spons. Selain itu juga, jaringan penyimpan air penyimpan air berkembang
baik pada daun. Jaringan penyimpan air pada tumbuhan xerofit terdiri atas sel
besar dengan vakuola besar berisi cairan sel yang mengandung lendir. Sel ini
mempunyai sitoplasma tipis yang menempel pada dinding sel dan kloroplasnya tersebar.
Tekanan osmosis pada sel fotosintesis lebih tinggi daripada sel yang
bukan untuk fotosintesis. Apabila air berkurang, maka tumbuhan xerofit mendapat
air dari jaringan penyimpan air ini. Sel penyimpan air yang berdinding tipis.
Dalam kondisi kering, sel mengerut. Apabila pasokan air kembali normal, dengan
cepat sel akan kembali ke bentuk semula. Contoh dari xeromorf (Atriplex
portulacoides)
4. Hidrofit
Struktur anatomi
tumbuhan hidrofit kurang beragam dibandingkan dengan tumbuhan xerofit. Faktor
yang mempengaruhi struktur tumbuhan air atau hidrofit ini biasanya bergantung
pada suhu, air,konsentrasi dan komposisi garam dalam air. Tumbuhan air
mempunyai sedikit jaringan penyokong dan pelindung, jumlah jaringan pembuluh
sedikit, xilem mengecil, dan mempunyai ruang udara.
Epidermis tumbuhan air
tidak berfungsi untuk perlindungan, tetapi lebih untuk pengeluaran zat makanan,
senyawa air, dan pertukaran gas. Kutikula dan dinding selnya sangat tipis. Sel
epidermis berisi kloroplas. Daun yang mengapung mempunyai stomata hanya pada
permukaan atas daun saja. Beberapa tumbuhan air memiliki sekelompok sel yang
disebut denganhydropotes, yang berfungsi untuk memudahkan pengangkutan
air dan garam ke luar dan ke dalam tumbuhan. Contoh tumbuhan Hidrofit (Ranunculus
aquatilis).
5. Struktur Tangkai Daun
Jaringan
tangkai daun ada persamaannyadengan jaringan batang. Epidermis tangkai daun
seperti pada batang. Sel parenkim tangkai daun seperti korteks yaitu berisi
sedikit kloroplas. Jaringan penyokong pada tangkai daun adalah kolenkim dan
sklerenkim. Berkas pengangkutnya kolateralseperti pada Ligustrum, bikolateral seperti pada Nerium, atau konsentris seperti pada Pteridophyta tertentu. Susunan
jaringan pembuluh pada tangkai daun berbeda pada setiap tumbuhan. Apabila pada
tangkai daun terdapat berkas pengangkut kolateral tunggal, floem ditemukan pada
sisi abaksial. Apabila tersusun dalam cincin, floem terdapat di sebelah luar
xilem, yaitu pada bagian tepi cincin.
Beberapa tumbuhan misalnya dalam Mimosa dan Albizzia dari Leguminosae, tangkai daun mempunyai pembengkakkanyang
disebut pulvinus. Pulvinus berisi
sejumlah besar parenkim dengan permukaan yang biasanya berkerut. Gerakan
membuka dan menutup helai daun mungkin dirangsang oleh faktor dalam maupun
faktor lingkungan, dan terjadi karena perubahan turgor sel pulvinus. Sel dalam
pulvinus di sekeliling jaringan pembuluh relatif tidak berubah ketika terjadi
gerakan helai daun.
6.
Sistem
Pembuluh Daun
Jaringan pembuluh bersama dengan
jaringan nonpembuluh di sekelilingnya sering dinamakan tulang daun atau vena.
Susunan tulang daun pada daun disebut pertulangan daun atau venation.
Pada Angiospermae terdapat empat tipe
pertulangan daun yaitu menyirip atau reticulate,
sejajar atau pararel, menjari atau palmatus,
dan melengkung. Tumbuhan Dikotil mempunyai pertulangan daun menyirip dengan
tulang daun yang ukurannya berbeda, tergantung pada tingkat percabangannya.
Tumbuhan Monokotil mempunyai pertulangan daun sejajar. Pertulangan sejajar juga
ditemukan pada Dikotil tertentu, misalnya Plantago,
Geropogon, dan Tragopogon. Pertulangan
menyirip juga terdapat pada Monokotil tertentu yaitu genus Orchidaceae, seperti
pada Smilax dan Arum.
Apabila pertulangannya menyirip, tulang
daun terbesar melewati bagian tengah daun dan membentuk ibu tulang daun, dan
dari sini bercabang menjadi tulang daun yang lebih kecil. Pada daun tertentu,
sejumlah tulang daun yang besar dapat dilihat tersebar seperti jejari dari
pangkal helai daun menuju ke tepi daun. Bagian helai daun yang dilalui ibu
tulang daun atau cabang yang besar adalah bagian yang lebih tebal dan
menunjukkan gambaran seperti rusuk pada sisi abaksial. Rusuk ini dibentuk oleh
jaringan parenkim yang miskin kloroplas dan jaringan penyokongnya kolenkim.
Oleh karena itu, tulang daun yang besar
tidak mempunyai kontak langsung dengan mesofil. Tulang daun kecil membentuk
jaringan di antara tulang daun yang besar.
Tulang daun kecil biasanya membentuk
jaring-jaring yang sangat beragam bentuk dan ukurannya serta membagi daerah
mesofil. Daerah paling kecil yang dibatasi cabang paling halus disebut areola,
yang biasanya berisi ujung tulang daun yang buntu dalam mesofil. Tingkat
percabangan dari ujung tulang daun ini berbeda pada daun tumbuhan yang berbeda.
Misalnya, pada daun Euphorbia sangat banyak ujung buntu ditemukan dalam areola
tunggal, pada Morus lebih sedikit, pada Quercus
boissieri sangat sedikit, dan pada daun Quercus
callipinus tidak terdapat ujung tulang daun buntu.
Pada Monokotil dengan pertulangan
sejajar, tulang daun yang lewat sepanjang seluruh daun dapat sama atau berbeda
ketebalannya. Apabila berbeda ketebalannya, tulang daun yang tebal dan tipis
tersusun berselang-seling. Tulang daun yang di tengah merupakan tulang daun
yang paling tebal.
Pada Ginkgo dan kebanyakan Pteridophyta,
tulang daun tidak membentuk sistem tertutup karena cabang yang berdekatan tidak
membentuk anastomosis. Pada
daun, semua cabang terminal berujung bebas di dalam helai daun atau sepanjang
tepinya. Pada kebanyakan daun pada tipe ini percabangan tulang daun dikotomi.
Kebanyakan kasus, susunan jaringan
pembuluh pada ibu tulang daun mirip dengan pada tangkai daun. Tulang daun yang
besar dalam daun Dikotil mungkin terdiri atas jaringan primer dan sekunder,
sedangkan tulang daun yang paling kecil hanya terdiri atas jaringan primer.
Tulang daun yang berukuran besar dan medium berisi pembuluh. Pada tulang daun
yang terkecil, unsur trakea adalah trakeida dengan penebalan dinding berbentuk
cincin atau spiral. Pada tulang daun yang kecil, sel parenkin kontak dengan
unsur pembuluh dan unsur trakea membentuk sel transfer. Sel transfer khusus
berkembang dengan penonjolan dinding dan peningkatan permukaan dalam sel. Beberapa
sel transfer seperti sel pengiring akibat hubungan ontogeni mereka pada unsur
tapisan. Floem dekat ujung tulang daun hanya terdiri atas parenkim, tetapi pada
beberapa Dikotil, misalnya Beta vulgaris,
unsur tapisan dan tulang daun kecil mengiringi xilem ke tulang daun yang
paling ujung.
7.
Berkas
Pengangkut
Tulang daun yang besar dikelilingi oleh
parenkim yang sedikit mengandung kloroplas. Tulang daun yang lebih kecil
biasanya juga dikelilingi oleh lapisan sel parenkim yang disebut berkas
pengangkut. Pada Dikotil, sel berkas pengangkut biasanya memanjang pada arah
sejajar terhadap tulang daun. Sel berkas pengangkut berdinding tipis, mungkin
berisi kloroplas sebanyak sel mesofil, atau sedikit, bahkan mungkin tidak
mengandung kloroplas. Sering kali terdapat kristal.
Pada kebanyakan daun Dikotil, parenkim
berkas pengangkut memperluas ke epidermis pada satu atau kedua sisi daun. Sel
parenkim yang mencapai epidermis ini disebut perluasan berkas pengangkut yang
berfungsi dalam pengangkutan pada daun. Pada beberapa tumbuhan, perluasan
berkas pengangkut mengiringi tulang daun hampir sepanjang daun, sedangkan pada
tumbuhan yang lain tidak terdapat perluasan berkas pengangkut.
Berkas pengangkut juga terdapat dalam
daun Monokotil, khususnya rumput-rumputan yang dibedakan menjadi dua tipe yaitu
yang mempunyai 1 (satu) atau 2 (dua) lapisan. Lapisan berkas pengangkut di
bagian luar terdiri atas sel parenkim dengan dinding tipis. Sel selubung berisi
kloroplas sehingga mengandung tepung yang disebut selubung tepung. Sel selubung
bagian dalam disebut selubung mestom, selnya lebih kecil dengan dinding tebal
dan berisi lamela yang mengandung gabus. Selubung mestom analog dengan
endodermis.
8.
Tipe
Kranz dari Anatomi Daun
Lapisan sel mesofil yang
berorientasi menjari mengelilingi berkas pengangkut disebut Kranz, dan
tipe anatomi daunnya disebut tipe Kranz. Penamaan tipe Kranz anatomi
daun mencakup mesofil dan berkas pengangkut
Sifat khas dari kloroplas C4
adalah adanya retikulum tepi yang terdapat dalam stroma tepi sebagai
serangkaian tabung kecil yang beranastomosis, bersinambungan dengan envelop
kloroplas. Retikulum tepi terlibat dalam pengangkutan bahan antara kloroplas
dan sitoplasma.
C. Jaringan Penyokong Daun
Epidermis
daun memiliki struktur yang padat dan diperkuat oleh kutikula. Dinding selnya
seringkali tebal atau banyak mengandung silika dan memberikan sokongan pada
helai daun. Jaringan penyokong yang lain adalah kolenkim. Selain kolenkim, pada
mesofil daun juga ditemukan sklereida.
D. Histologis Daun Gymnospermae
Sebagian
besar Gymnospermae daunnya terlalu hijau dan xeromorf. Salah
satu kekhususan daun Gymnospermae adalah adanya transfusi. Jaringan ini
mengelilingi berkas pengangkut dan tersusun atas trakeida, parenkim, dan sel
albumin. Jaringan transfusi beragam dalam jumlah dan susunannya, tergantung
genusnya. Ada dua tipe daun Gymnospermae, yaitu tipe Cycas dan Conifer.
|
Daun pinus
dan daun cycas tampak seperti kulit dan keras, sel epidermisnya berdinding
tebal, mempunyai kutikula tebal, dan selanjutnya tersembunyi dan terdapat pada
permukaan abaksial daun. Mesofil terdiri atas parenkim palisade dan parenkim
spons seperti pada Angiospermae. Hipodermis selapis (uniseriate)
atau dua lapis (biseriate) terdapat diantara epidermis adaksial (atas) dan
parenkim palisade. Protoxilem diiringi oleh sedikit parenkim yang
terdapat pada sisi abaksial (bawah) dan metaxilem pada sisi adaksial.
Xilem sekunder berkembang didekat floem dari kambium yang terletak diantara dua
tipe jaringan pembuluh. Tulang daun dikelilingi oleh endodermis. Di bawah Floem
terdapat satu lapisan sel parenkim transfusi.
Epidermis
daun jarum (Conifer), misalnya pinus dan Cedrus, terdiri atas sel yang
berdinding sangat tebal dan ditutupi oleh kutikula tebal. Stomata terdapat pada
semua sisi daun dan melengkung ke dalam (kriptofor). Hipodermis terdiri atas
sel epidermis yang mengandung liginin. Mesofil berasal dari sel parenkim.
Daun berasal dari primordium daun yang
terdapat pada meristem puncak yang terdapat pada ujung batang. Perkembangan
primordium daun sampai menjadi daun melalaui beberapa tahap yaitu:
1) Inisiasi
Kegiatan pembelahan sel yang paling awal terjadi pada meristem apikal
berdasarkan teori meristem yang dikembangkan oleh Schmith, yang dikenal dengan
teori Tunica-corpusnya, maka pada meristem apikal terdapat dua lapisan meristem
yaitu lapisan Tunika yang terdiri beberapa lapis sel dan terletak pada bagian
tepi dari meristem apikal. Sedangkan beberapa jenis sel yang berada di sebelah dalamnya disebut dengan corpus.
Pembelahan pertama terjadi pada daerah tunika dan beberapa lapis daerah korpus.
Pada daerah tersebut sel selnya memebelah secara periklinal,sehingga akan
menghasilkan massa sel yang menonjol kearah luar. Dengan demikian terbentuklah
penyangga daun seperti yang tampak pada
(gambar 1.1a).
2) Pembentukan Penyangga Daun
Sebagai akibat adanya pembelahan secara
periklinal pada daerah tunika dan korpus dan dilanjutkan dengan pembentangan
sel, maka terbentuklah tonjolan kearah luar yang selanjutnya disebut sebagai
penyangga daun. Penyangga daun ini akan tumbuh dan memanjang membentuk sumbu
daun. Pemanjanagn penyangga daun sebagai akibat adanya kegiatan meristem yang
terdapat pada puncak penyangga daun itu sendiri (gambar 1.1b). dengan demikian
meristem yang terlibat dalam perkembangan daun adalah meristem apikal.
3) Diferensiasi Awal
Penyangga daun yang telah terbentuk
terdiri dari jaringan yang masih sederhana. Berdasarkan teori meristem yang
dikembangkan oleh Haberlandt, jaringan yang menyusun peyangga daun terdiri dari protoderma, meristem dasar dan
prokambium. Dalam perkembangan selanjutnya, masing masing akan berkembang dan
menghasilkan epidermis dan derivatnya, mesofil dan berkas pengangkut daun
(gambar 1.1c).
4) Pembentukan Sumbu Daun
Sebagai hasil pertumbuhan yang cepat
maka penyangga daun akan berbentuk seperti kerucut dengan sisi adaksialnya
memipih. Ujung kerucut berperan sebagai
meristem apikal. Dalam pertumbuhan selanjutnya penyangga daun akan makin
bertambah panjang dan secara berangsur angsur mendekati pengkal semakin
memipih. Dengan demikian primordium daun sudah dapat dibedakan antara permukaan
atas atau adaksial dan permukaan bawah atau abaksial. Hal tersebut disebabkan oleh
aktifitas meristem adaksial.
5) Pembentukan Helai Daun
Selama awal pemanjangan dan penebalan
sumbu daun, sel sel adaksial bagian tepi membelah lebih cepat dibandingkan sel
sel meristem dasar yang berada disebelah dalamnya. Dengan demikian terbentuklah
dua garis seperti sayap yang berkembang pada kedua tepinya sebagai akibat
percepatan pertumbuhan sel sel tersebut. Pada daun yang mempunyai tangkai,
pertumbuhan marginal akan tertahan pada bagian pangkal sumbu daun, yang
selanjutnya akan berkembang menjadi tangkai daun. Pada penampang melintangnya,
kedua sisi helai daun yang sedang
berkembang tampak bahwa protoderma menyelubungi beberapa lapis jaringan
dasar. Sel sel beru akan ditambahkan pada lapisan lain bersal dari dua deret
inisial marginal dan inisial submarginal.
6) Histogenesis
Setelah helai daun terbentuk, proses
selanjutnya adalah menyempurnakan jaringan penyusun daun. Dalam
perkembangannya, meristem yang terlibat ialah meristem apikal, meristem
adaksial, meristem marginal, meristem submarginal, meristem lempeng dan
meristem lateral. Meristem marginal berdiferensiasi menghasilkan epidermis atas
dan epidermis bawah serta derivatnya, sedangkan meristem submarginal akan
berdeferensiasi menghasilkan mesofil dan jaringan pengangkut.
Keterangan Gambar:
(a)
Dua tonjolan kecil atau penyangga daun
terdapat pada sisi yang berlawanan.
(b)
Dua primordium muncul dari dua
penyangga daun.
(c)
Dua primordium daun yang telah
berkembang lebih lanjut tampak adanya untaian prokambium yang merupakan
kelanjutan dari berkas pengangkut pada batang.
F.
Pengguguran
Daun
Penguguran
daun merupakan fenomoena yang dialami oleh setiap tumbuhan. Pengguguran daun
atau yang juga absisi terjadi dalam rangka perubahan keadaan pada pangkal
tangkai dan helaian daun. Pengguguran daun juga dilakukan dengan tujuan
menyediakan tempat bagi daun – daun baru yang akan tumbuh pada musim
selanjutnya. Proses ini disebabkan oleh beberapa faktor diantarany faktor air,
nutrisi, serta hormon pada tumbuhan. Gugurnya daun tidak hanya dialami oleh
daun tua, namun juga daun – daun yang masih muda.
Pada tumbuhan gymnospermae dan
dicotyledonae, gugurnya daun diawali dengan terbentuknya zona absisi (daerah
pengguguran) pada pangkal tangkai atau helaian daun. Pada zona ini terdapat
berkas – berkas pengangkut yang berukuran lebih kecil daripada berkas pengangkut
yang ada pada organ tumbuhan lainnya, kemudian tidak ada jaringan penguat
seperti kolenkim dan skelerenkim di zona ini. Selain terdapat berkas
pengangkut. di zona ini pula terdapat sel – sel parenkim yang berdinding tipis,
pipih, mengandung tepung, dan sitoplasma yang kental. Parenkim – parenkim
tersebut terbentuk dari pembelahan antiklinal melewati tangkai daun. Ketika
daun akan gugur, lamela tengah diantara beberapa sel tertentu di daerah distal
zona absisi akan terurai. Terurainya bagian dinding sel ini, menyebabkan
keadaan yang tidak seimbang antara daerah proksimal zona absisi yang semakin
membesar dengan daerah distal zona absisi yang terus mengalami penuaan, dan
akhirnya terjadilah pematahan pada pangkal tangkai daun.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Daun
merupakan organ yang sangat penting bagi tumbuhan. Daun berfungsi sebagai
tempat fotosintesis. Susunan anatomi pada daun meliputi epidermis, mesofil daun
yang terdiri dari parenkim palisade, parenkim spons, berkas pengangkut, sistem
pembuluh daun, dan struktur tangkai daun. Struktur anatomi antara daun xerofit
dan hidrofit sangat berbeda karena struktur pada masing-masing tumbuhan
bergantung pada fungsinya serta sebagai penyesuaian tempat hidupnya.
3.2 Daftar Pustaka
Mulyani,
Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar